Sunday, February 11, 2007

Orang Jepang Salah..., Bagaimana Kalau Kita yang Salah?

Si Sulung tadi bertanya, mengapa Bapak dan Ibunya bisa begitu yakin bahwa menjadi orang Islam adalah pilihan yang paling benar. Mengapa, pilihan orang Jepang menyembah matahari dan segala macamnya, adalah salah?

Saya termenung dengan pertanyaannya. Berat sekali menjawabnya. Saya cuma bisa bilang, "Nanti kalau kamu sudah semakin besar, Mama akan menjawabnya. Hanya saja, Mama dan Bapak memilih menjadi orang Islam dengan belajar. Bukan karena Nenek dan Kakek orang Islam, sehingga Mama dan Bapak menjadi orang Islam juga."

"Lalu, kenapa orang Jepang, apakah mereka tidak belajar?"

"Ya, banyak orang yang tak lagi merasa perlu belajar. Banyak yang merasa cukup dengan mengikuti kebiasaan orang tua mereka. Dari dulu Jepang melakukan ini dan itu, sampai sekarang, orang-orang juga menurutinya."

"Oh, seperti cerita Nabi Nuh, ya Ma? Mereka tidak mau mendengar Nabi Nuh karena mereka sudah merasa cukup dengan ajaran orang tua."

"Ya, begitulah."

Dalam kepala saya jawabannya yang lebih kompleks menari-nari, tapi usia Si Sulung masih terlalu muda untuk menerimanya. Tentang perbandingan kitab-kitab, tentang logika penjagaan keotentikan kitab suci, tentang...

Ah Nak, Mama senang kamu bertanya seperti itu, di usiamu yang masih delapan tahun. Meskipun mungkin akan lebih berat nantinya mengajarimu, tetapi Mama berharap engkau akan menemukan jalan kebenaran itu dengan proses yang benar. Bukan doktrin, dan bukan ikut-ikutan.