Monday, February 27, 2006

Hari Presentasi di Sekolah

Hari ini Si Sulung presentasi di sekolah. Bukan hanya dia, tapi juga seluruh anak kelas satu. Si Sulung mempresentasikan kemampuan bermain lempar dua bola di tangan. Terlihat agak gugup, namun bisa. Mama menyesali kenapa tak mengetahui soal ini, sehingga Mama bisa melatihnya di rumah, atau bahkan membuatkannya bola tangan itu? Mama mesti lebih banyak memperhatikan pesan-pesan dari sekolah. Kelas dua, mudah-mudahan lebih baik daripada kelas satu, dan itu berarti : MAMA PERLU BELAJAR BAHASA JEPANG LEBIH GIAT.

Wednesday, February 22, 2006

Restoran Main-Mainan


Sekali setahun, sekolah mengadakan festival. Tiap kelas punya beberapa proyek sendiri. Si Sulung dapat jatah kerja di restoran main-mainan. Mereka membuat berbagai macam makanan dan minuman mainan, dari biji-bijian, tumbuhan jumbai, kayu, daun, bunga.

Biji-bijian mereka kumpulkan selama sebulan lebih. Ada namanya don-guri, semacam kacang-kacangan yang kulit luarnya berduri-duri seperti hewan laut yang kita kenal dengan nama bulu laut.

Tumbuhan jumbai dari sejenis padi-padian yang bunganya itu seperti surai ekor kuda berwarna putih. Jadi mie.

Kayu, dari ranting-ranting yang juga mereka kumpulkan sedikit demi sedikit. Jadi sumpit.

Daun berasal dari aneka jenis daun musim gugur yang berwarna merah, oranye, kuning, cokelat, dan hijau. Jadi lauk pauk.

Bunga warna-warni, mereka ambil kelopaknya dan rendam. Airnya menjadi minuman juz.

Mama dan Bapak, Si Tengah dan Si Bungsu, ikut serta dalam perburuan bahan-bahan ini. Menyenangkan sekali.

Oya, selain restoran lucu, ada juga ruangan hantu. Si Tengah ngamuk marah karena setelah masuk, ternyata hantunya tidak menakutkannya. Malah lucu, katanya.

Tuesday, February 21, 2006

Mana-chan

Anak yang manis sekali. Sangat santun, ramah, sedikit pemalu, dan pintar. Mamanya pengajar di Kumon. Dua bersaudara, kakaknya sudah SMP. Kata Si Sulung, bapaknya sudah meninggal, hilang waktu sedang bekerja. Sounds terrible.

Tinggal dekat rumah, seusia, dan satu kelas dengan Si Sulung. Mamanya sangat ramah, cerdas dan kelihatannya easy going. Dia yang sangat tanggap membantu Mama waktu merakit pot tanaman untuk anak-anak, di awal sekolah, tahun lalu. Ketika itu para orang tua mengadakan rapat perdana, untuk saling mengenal, dan juga mempersiapkan bersama pelajaran biologi anak-anak : menanam bunga asagao.

An Outdoor Daughter

Si Sulung selalu suka bermain di luar. Untungnya, di samping rumah memang ada taman bermain, lengkap dengan kolam pasir yang secara berkala dirawat pemerintah daerah.

Sepertinya tidak ada rasa capek sudah sekolah dari jam delapan sampai jam tiga, mesti deh main dulu di luar.

Seperti Mama waktu kecil.

Monday, February 13, 2006

Virus Influenza Mewabah, Kelas Libur 3 Hari

Sembilan orang tidak masuk sekolah. Untuk itu, pihak sekolah meliburkan kelas Si Sulung selama tiga hari. Katanya agar penularan tidak berlanjut. Bagi yang sakit, memang sudah diberikan peringatan sejak dua bulan yang lalu agar sama sekali tidak nekat datang ke sekolah. Virus influenza sedang mewabah di akhir musim dingin ini.

Alhamdulillah, tiga bersaudara yang masih kecil-kecil di rumah, tidak ada yang sakit.

Tiap pagi minum susu murni dan satu sendok madu. Juga banyak sekali makan bangsa bawang-bawangan : bawang putih, bombay, bawang daun yang besar dan yang mini. Rasanya tidak ada masakan yang kubiarkan lepas dari bahan bawang.

Kata Bu Guru, bisa-bisa nanti tinggal Si Sulung sendiri yang diajar.

Kesadaran

Sepulang sekolah kemarin, Si Sulung langsung ingin bermain dengan Momoka-chan. Memang sudah lama Momoka-chan tidak terlihat datang ke koen. Jadi kubolehkan saja. Dengan cepat dia melesat ke luar. Tapi tak lama kemudian dia kembali lagi, lalu membuka kran wastafel. Dia berwudhu. Lalu salat. Dilakukannya tanpa ada perintah ataupun peringatan.

Malam hari, ketika aku sudah sangat mengantuk, kukatakan pada mereka agar melanjutkan makan sendiri. Itu bila Si Bungsu tiba-tiba bangun kembali. Kalau aku ke kamar mengeloninya, aku tahu aku akan tertidur pulas karena sudah sangat lelah seharian. Karena itulah aku perlu memberikan instruksi agar menyelesaikan semua upacara menjelang tidur mereka mandiri. Sikat gigi, ganti baju pakai piyama tidur. Lagi-lagi Si Sulung bertanya soal salat isya. Kukatakan agar dia salat sendiri.

Kesadarannya tentang waktu-waktu salat sudah sangat meningkat. Baru dua bulan kami lebih disiplin mendidiknya untuk salat. Kini dia sudah punya inisiatif sendiri.

Sunday, February 12, 2006

Di atas laut

Bapak punya poster peta kota Fujisawa. Tak lama sudah dipasang di dinding, peta itu penuh coretan. Ada gambar tambah-tambahan angka, ada (seperti) tulisan Arab, ada gambar orang, ada gambar hape. Bapak agak kesal dan menuntut jawaban, kenapa peta itu dicoret-coreti? Kan nanti susah dilihat? Kata Si Sulung : gambarnya kan di atas laut. Di situ tidak ada yang perlu dilihat.

Tuesday, February 7, 2006

Sekolah


Beruntung sekali. Rumah kami berlokasi di dekat kompleks sekolah, dari SD sampai SMU. Sekolah dengan kualitas yang bagus pula. Menurut seorang Jepang, sekolah tersebut terkenal cukup kurang masalahnya. "Kurang masalah" di sini maksudnya, tak ada record peristiwa buruk, yang bisa dikategorikan sebagai peristiwa kriminal. Di Jepang, banyak sekolah yang muncul di televisi dengan laporan seperti itu.

Di sekitarnya banyak bukit-bukit kecil, hutan yang terawat, sungai besar, juga kali kecil yang dipercantik bebatuan sungai aneka bentuk dan ukuran. Si Sulung bersama teman satu angkatannya pernah jalan-jalan ke sana untuk pelajaran lingkungan. Ada banyak capung dan kepiting kecil. Sebagai bentuk pelajaran, mereka dilarang mengambil binatang-binatang itu. Meskipun aku sendiri tak begitu setuju, karena anak-anak bisa belajar kalau membawa pulang binatang tersebut. Tak perlu banyak-banyak tentu. Menurutku, binatang takkan terancam kestabilan populasinya kalau diambil hanya untuk keperluan belajar anak-anak. Bukankah 'anak-anak' manusia sendiri kini semakin berkurang? Bukankah perubahan jumlah penduduk di banyak negara, diagramnya sudah menyerupai selinder, bahkan piramida terbalik? Seharusnya bukan anak-anak yang dilarang mengambil binatang dari alam bebas, tapi polusi besar-besaran serta sikap manusia-manusia dewasa yang justru nyata-nyata jadi penyebab terganggunya stabilitas ekosistim.

Balik ke acara jalan-jalan. Namanya ensoku. Biasanya diadakan sebulan sekali. Pihak sekolah sangat teliti mempersiapkan. Dua minggu sebelum hari H, sudah mulai ada ancang-ancang : surat khusus untuk para orang tua. Di dalamnya ditulis daftar barang yang harus dibawa : alas duduk, termos minum, kue, sapu tangan. Kalau jalan-jalannya mesti naik kereta, anak-anak juga mesti dibekali kantong muntah. Dan malam sebelum hari berangkat, anak-anak mesti diambil janjinya : Tidak akan mengganggu orang di kereta, akan bawa pulang sendiri sampahnya, tidak pergi main sendirian berpisah dari kelompok.

Tak bisa kuingat, dalam masa kecilku, pernahkah mengalami hal yang serupa? Jalan-jalan bersama satu angkatan, dengan "mengangkat sumpah" dulu malam sebelumnya?